Sabtu, 11 Juni 2011

gejala darah kotor

Darah kotor, bagi kebanyakan orang dewasa diartikan sebagai darah haid atawa darah menstruasi . Ini terkait dengan masalah peribadatan (khususnya bagi kaum muslim), yang mana dalam kondisi menstruasi, seorang wanita terikat oleh batasan-batasan.
Dalam kehidupan sehari-hari, ada juga yang mengaitkannya dengan penyakit ataupun keluhan seseorang, misalnya: bisul, jerawat dan gatal-gatal. Masih ada yang lain gak sih?

Oke deh, kita tak perlu mencari darimana asal muasal perbedaan pemahaman darah kotor. Enakan membahasnya berdasarkan keilmuan. Setuju ? … *maksa, mode ON*

:: :: :: DARAH HAID :: :: ::
Sesuai prolog di atas, darah kotor pada menstruasi (haid), menurut penulis adalah terminologi yang berhubungan dengan peribadatan bagi kaum muslim (khususnya wanita). Mohon maaf, penulis tidak akan membahasnya dalam lingkup fiqih (hukum), melainkan mengajak pembaca memahami pengertian antara bidang fiqih (hukum) dengan bidang medis.

Ketika menyebutkan darah kotor pada menstruasi, kira-kira apa yang terpikir di benak kita ?

Apakah warna darah yang berbeda dengan darah lain semisal darah luka?
Apakah darahnya memang mengandung “kotoran tubuh” ?
Apakah lantaran darahnya keluar melalui vaginun (vaginem juga) ? *lirik peserta konferens dini hari*
Atau … atau … apalagi ya ?

Darah, berdasarkan pengertian medis, dari manapun asalnya: sama saja. Kandungan dalam darah terdiri dari: air, serum, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit), sel limfosit, sel monosit, mineral, vitamin, karbohirat, lemak, protein, asam urat, hormon, dan lain-lain … banyak deh.

Lha, darah menstruasi itu isinya sama persis dengan darah dari tempat lain. Bedanya, pada darah menstruasi ada kandungan lain yakni: sisa-sisa peluuhan dinding rahim, sisa-sisa pembuluh darah kapiler dan sisa sel telur yang tidak dibuahi karena tidak ada proses pembuahan. Bersih juga koq, gak ada kotorannya, aromanyapun sama, anyir … Gak percaya ? Coba aja dicium … *bercanda, mode ON*

:: :: :: DARAH BISUL DAN LAINNYA :: :: ::
Penjelasan terhadap anggapan darah kotor pada penyakit tertentu semisal: bisul, sama saja. Orang yang sakit bisul menganggap darah dalam tubuhnya kotor, … tentu tidak.
Kalo yang dimaksud adalah darah pada bisulnya (abses), memang terdapat sisa-sisa miroorganisme dan sel darah yang mati karena adanya “pertempuran” antara mikroorganisme dan komponen darah sebagai upaya perlawanan. Selebihnya sama.

Anggapan darah kotor pada kondisi lain semisal jerawat, gatal-gatal atau … apalah, menurut penulis, salah kaprah. Yang kotor apanya, hayo … :P

Kalo cuci darah atau hemodialisis ? …. hehehe, yang ini mah bahasan khusus gagal ginjal, darahnya gak kotor juga koq, cuman ada mineral tertentu yang jumlahnya meningkat karena gangguan fungsi ginjal.

:: :: :: KORBAN IKLAN :: :: ::
Penulis sering mengatakan bahwa bidang kesehatan sangat mudah dijadikan lahan iklan. Dengan memanfaatkan kekurang pahaman khalayak, maka iklanpun berjejalan mempengaruhi benak kita. Tak pelak, segala merk “pencuci darah” bermunculan. Anehnya, walau gak masuk akal, banyak juga pembelinya … terbukti “pencuci darah” masih tetap ada di pasaran. Andai ada doorprize atawa hadiah menggiurkan, mungkin lebih seru.

Analogi:
Untuk mempermudah pemahaman, coba kita perhatikan tatkala mencuci pakaian, kotorannya jelas dan pencucinya juga jelas. Pun misalnya kotoran yang menempel pada alat dapur, kotorannya jelas dan pembersihnya juga jelas.

Darah kotor, … kotorannya gak jelas, pencucinya tambah gak jelas, … tapi jelas lakunya, jelas pula pangsa pasarnya.
Pemberi ijin juga jelas lho … hehehe, halo yang memberi ijin. Gimana bos ?
Waduh, gimana nasib anak cucu kita nanti, kalo setiap saat dijejali pemahanan keliru. Sekolah bisa tinggi sih, trus daya nalarnya gimana

0 komentar:

Posting Komentar